Setiap tahun sekitar 10-15% bayi, lahir sebelum waktunya atau yang biasa
disebut dengan bayi premature atau bayi kurang bulan. Menurut definisi badan
kesehatan dunia WHO, kelahiran preterm
atau premature adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 37
minggu atau kurang dari 259 hari, dihitung dari Hari Pertama Haid Terakhir
(HPHT). Dapat dipahami bahwa semakin dekat dengan usia kehamilan 40 minggu maka
pertumbuhan dan perkembangan bayi akan semakin matang. Semakin muda masa
kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kematian bayi yang lahir prematur.
Bayi dengan masa kehamilan 36-37 minggu mempunyai angka kematian 5 (lima) kali
lebih tinggi dari bayi yang cukup bulan; sementara bayi dengan masa kehamilan
32 minggu) angka kematiannya 45 (empatpuluh lima) kali lebih tinggi.
Pada umumnya berat badan lahir bayi premature kurang dari 2500 gram. Karena
itu seringkali rancu batasan antara bayi dengan berat badan lahir rendah dan
bayi kurang bulan. Bayi dengan berat badan lahir <1500 gram disebut berat
badan lahir sangat rendah atau very low birth weight. Sementara bayi dengan badan lahir
kurang dari 1000 gram disebut extremely low birth weight.
Bayi premature mempunyai beberapa kebutuhan dasar istimewa dibandingkan
dengan bayi cukup bulan. Hal ini dapat menerangkan mengapa kebanyakan bayi
premature memerlukan perawatan di NICU (Neonatal Intensive Care Unit) atau unit perawatan intensif neonates.
NICU harus mampu menciptakan lingkungan yang nyaman untuk memperkecil stress
pada bayi premature dan memenuhi kebutuhan dasar yang istimewa tersebut.
Kebutuhan dasar yang utama dan terpenting adalah menjaga kehangatan bayi,
selain kebutuhan nutrisi. Hal ini dapat dilakukan dengan inkubator atau radiant
warmer.
PROBLEM MEDIS
1.
Gangguan Pernafasan
Masalah utama pada bayi
prematur adalah kurang matangnya paru-paru. Dalam perkembangan paru-paru
normal, diperlukan suatu zat yang dinamakan surfactant yang
dihasilkan oleh sel paru dan bermanfaat untuk membuat alveoli tetap mengembang dan menjamin terjadinya pertukaran udara
yang baik. Pada bayi kurang dari 32 minggu masa kehamilan, surfactant ini
kurang atau tidak ada sama sekali. Sehingga paru-paru kolaps dan fungsinya
terganggu. Keadaan ini disebut sebagai Hyaline Membrane Disease (HMD) atau penyakit membrane hialin. Nama
lain HMD yang sekarang sering digunakan adalah Surfactant Deficiency Syndrome. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa pemberian kortikosteroid pada ibu sebelum bayi lahir membantu pematangan paru-paru. Selain
itu ada surfactant eksternal yang dapat diberikan pada bayi prematur. Dalam
kurun waktu 20 tahun terakhir ini, angka kematian bayi prematur dapat
diturunkan dengan usaha pemberian kortikosteroid pada ibu sebelum melahirkan,
bantuan alat bantu nafas mekanik atau ventilator, perawatan di NICU yang lebih
baik, dan pemberian surfactant eksternal.
Masalah yang paling
sering dijumpai adalah Chronic Lung Disease (CLD) atau
Broncopulmonary Disease (BPD). Bayi dengan CLD atau BPD menjadi sangat
tergantung pada oksigen sehingga sangat mengganggu tumbuh kembangnya. Pada
neonatus dengan usia gestasi 26 minggu, angka kejadian HMD berkisar 90%. Angka
kejadian menurun menjadi 70% pada usia 30 minggu, 25% pada usia gestasi 34
minggu dan 1-2% pada noenatus cukup bulan. Walaupun demikian, hal utama yang
berpengaruh bukan usia gestasi tapi kematangan paru-paru, dalam hal ini
kecukupan jumlah surfaktan.
Beberapa faktor yang
dapat meningkatkan resiko terjadinya HMD adalah:
a.
Prematuritas
b.
Bedah Caesar
tanpa persalinan
c.
Bayi dari ibu
dengan DM
d.
Perdarahan
Ante Partum
e.
Asfiksia
Neonaturium
f.
Kembar kedua
g.
Bayi
laki-laki
Adaptasi bayi
prematur untuk bernafas dengan teratur segera setelah lahir pada umumnya kurang
baik, sehingga mudah terjadi asfiksia pada saat lahir. Berkurangnya aliran
darah plasenta atau kurangnya kadar oksigen dalam darah menyebabkan persediaan
oksigen di jaringan janin berkurang. Hal ini menyebabkan asidosis dan metabolisme
anaerob yang menyebabkan peningkatan produksi asam laktat sehingga pH
semakin rendah. Bersama dengan buruknya aliran plasenta, terjadi penimbunan Co2
yang semakin memperberat asidosis. Keperluan glukosa akan bertambah pada
keadaan asidosis sehingga mudah terjadi hipoglikemi.
Gangguan
nafas yang sering dijumpai pada bayi premature usia 2 hari adalah apnoe. Keadaan ini disebabkan oleh
kekurangmatangan SSP. Apnoe pada bayi premature dapat bersifat ringan sampai
berat. Pada bentuk yang ringan, pemberian obat derivate-mehtylsatin seperti aminophyllin,
teophyllin atau kafein dapat
mengatasi gejala apnoe-nya, tetapi pada keadaan yang berat mungkin memerlukan
bantuan nafas mekanin. Selain dari kurang matangnya SSP, ada beberapa penyebab
lain yang dapat menimbulkan apnoe, seperti infeksi, gangguan oksigen, kelainan
metabolic, temperature lingkungan yang kurang baik dan refluk gastro asofageal.
2.
Sistem Saraf
Pada bayi prematur,
perkembangan otak belum sempurna, sehingga beberapa fungsi belum baik. Pusat
pernafasan berada di otak kecil, sehingga sering dijumpai gangguan pola
pernafasan walaupun tidak ada kelainan paru atau disebut juga apnoe
of the prematurity (AOP).
Asfiksi yang cukup berat
sangat mempengaruhi SSP. Kelainan yang mungkin ditemukan dapat bervariasi dari
yang ringan sampai yang berat. Pada SSP efek asfiksia yang terpenting adalah hypoxic-ischaemic
encephalopathy (HIE). Efek asfiksia pada SSP merupakan akibat dari .
hiperkapnia, asidosis laktat dan hipoglikemia. Menurut berat ringannya, HIE
dapat menimbulkan cerebral palsy. Bayi prematur mempunyai resiko Intracranial
Haemorrhage (ICH) atau pendarahan intracranial. Resiko dapat meningkat
sampai lebih dari 40% pada neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 1500
gram. Kejadian pendarahan ini paling tinggi pada neonatus dengan usia gestasi
antara 26-32 mingggu. Faktor yang berperan antara lain adalah faktor pembuluh
darah dan faktor bukan pembuluh darah. Faktor bukan pembuluh darah yang banyak
didapatkan adalah adanya enzim penghancur fibrin
dijaringan germinal matrix, trombositopenia, kekurangan vitamin K dan
pemberian cairan intravena yang hipertonik.
3.
Sistem Kardiovaskuler
Terganggunya kondisi
jantung dan pembuluh darah pada bayi prematur disebabkan karena belum baiknya
perkembangan sistem ini. Patent Duktus Arteriosus (PDA) merupakan
kelainan yang sering dijumpai. Pada bayi dengan PDA, ada hubungan antara pembuluh darah besar paru dengan aorta. Keadaan ini
merupakan akibat dari gangguan adaptasi dari kehidupan intrauterine ke kehidupan exstrauterin.
Semasa janin, ductus arteriosus, foramen ovale dan celah katup ventrikel
dipergunakan sebagai jalan pintas aliran darah. Darah dari vena cava yang lebih kaya oksigen akan melalui jalan pintas tersebut untuk sampai ke jaringan tubuh janin. Segera setelah
lahir terjadi perubahan aliran darah dan ductus
arteriosus serta jalan pintas lainnya akan menutup. Pada bayi prematur,
faktor yang memperlambat penutupan ductus ini antara lain adalah kurangnya otot
polos pembuluh darah, rendahnya kadar prostaglandin,
dan rendahnya kadar oksigen darah. PDA ringan biasanya memerlukan pengobatan.
Bila lebih berat, PDA menimbulkan gangguan fungsi jantung. Dalam keadaan ini
diberikan obat indomethacin atau
kalau gagal dilakukan penutupan hubungan PDA.
Pada neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram, resiko terjadinya PDA bergejala sekitar 42%, pada neonatus
dengan berat badan lahir antara 1000-1500 gram sekitar 21%, dan pada neonatus dengan berat lahir lebih
rendah dari 1500 gram sekitar 7%. Penatalaksanaan PDA pada bayi prematur,
meliputi beberapa hal umum, yaitu:
a.
Restriksi
cairan
b.
Pemakaian
diuretik, dengan pemantauan karena mungkin terjadi gangguan elektrolit,
dehidrasi dan kekurangan kalori.
c.
Digitalis
bila diperlukan
d.
Ventilasi
mekanik, terutama positive end-expiratort
pressure bermanfaat mengurangi pirau kanan ke kiri.
e.
Kadar
hematokrit yang tinggi memperbaiki transport oksigen ke jaringan.
4.
Sistem Saluran Cerna
Lambung dan usus bayi prematur
masih belum matang anatomi dan fisiologinya. Sebelum berusia 32 minggu, bayi
belum dapat menghisap langsung dari botol ataupun puting ibunya. Pemberian susu
pada bayi kurang dari 32 minggu ini harus melalui gastric tube langsung ke lambung. Dapat diberikan secara bolus atau
terus menerus (continuous). Susu yang diberikan boleh ASI atau susu formula
prematur. Kebutuhan nutrisi bayi prematur sangat khusus karena pertumbuhannya
relatif lebih cepat dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Ada suatu keadaan
khusus pada prematur yang cukup ditakuti, yaitu infeksi usus yang spesifik atau
Nectrotizing
Enterocolitis (NEC). Angka kematian akibat NEC cukup tinggi. ASI
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
susu formula karena mempunyai protein yang dapat membantu melawan infeksi dan
merangsang pertumbuhan. Angka kejadian NEC pada bayi yang hanya diberi ASI sangat
kecil sekali.
5.
Sistem Kekebalan Tubuh
Kekebalan humoral dan seluler bayi prematur belum matang. Dengan rendahnya daya tahan
tubuh bayi prematur, resiko terjadinya infeksi pada bayi prematur sangat
tinggi. Pemberian antibiotik belum tentu dapat mengatasi infeksi yang berat.
6.
Mata
Rentannya
mata bayi prematur terhadap kelainan dimasa neonatus disebabkan belum matangnya
retina. Suatu kelainan yang serius, yaitu Retinopathy of Prematurity (ROP),
merupakan pertumbuhan pembuluh darah yang abnormal di retina bayi. Pada bayi
dengan berat badan kurang dari 1500 gram, kemungkinan terjadinya ROP sekitar
10%. ROP dengan berbagai stadia ditemukan pada 80% bayi dengan berat badan
lahir kurang dari 1000 gram. Dahulu didiga oksigen berperan dalam terjadinya
ROP, tetapi penelitian terakhir membuktikan tidak ada hubungan antara oksigen
dengan ROP. Bayi premature yang lahir sebelum 32 minggu masa kehamilan
mempunyai resiko yang lebih tinggi. Defisiensi vitamin E juga berpengaruh
terhadap terjadinya ROP.
7.
Pengaturan Temperatur
Hipotermia dan Hipertemia merupakan masalah serius.
Keduanya meningkatkan pemakaian kalori dan keperluan oksigen. Hipotermia atau
Hipertemia merupakan tanda infeksi, inkubator yang kurang baik, atau adanya
sumber panas lain. Gangguan pengaturan tubuh dapat menyebabkan gangguan pernafasan.
Suhu lingkungan yang baik dimana pemakaian oksigen minimal disebut Neutral Thermal Environment. Pada bayi dengan berat badan 1000 gram sekitar 34,9 derajat Celcius, berat
badan 2000 gram sekitar 33,5 derajat Celcius, dengan berat badan 3000 gram sekitar
33,0 derajat Celcius.
8.
Masalah Lain
Hiperbilirubinemia
dan Hipoglikemia merupakan
masalah yang dapat dijumpai pada bayi cukup bulan dan bayi kurang bulan. Tetapi
pada bayi kurang prematur, kejadian ini dapat menjadi ancaman serius karena
dampaknya yang lebih besar dan kurangnyatoleransi bayi terhadap stres yang
tidak terlalu berat sekalipun. Selain itu anemia lebih sering ditemukan pada
bayi prematur, karena cadangan Fosfat dan Besi yang kurang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar