Minggu, 22 Juli 2012

Problematik Pasca Perawatan Bayi Prematur

Oleh: dr.Rudy Firmansyah B. Rifai, SpA (Neonatologist)

Diperlukan suatu pendekatan multidisiplin sebelum memulangkan bayi premature ke rumah. Orangtua harus belajar merawat anaknya yang memerlukan perhatian khusus. Di Negara-negara maju, orangtua belajar tentang pemberian oksigen, monitor apnoe, dan resusitasi kardiovaskular. Kriteria social untuk memulangkan bayi premature meliputi keyakinan bahwa orangtua dapat memenuhi kebutuhan dasar bayinya dan mengetahui cara pengenalan masalah yang mungkin ada setelah bayi dipulangkan.

Tidak ada batasan berat badan dalam memulangkan bayi prematur, tetapi dipakai batasan medis berikut:

  1. Temperatur tubuh tetap stabil saat bayi berada di luar inkubator; biasanya saat bayi berumur 34 minggu atau berat badan sekitar 2000 gram.
  2. Bayi dapat minum dengan mulut secara baik untuk mencapai kenaikan berat badan sekitar 20-30 gram per hari.
  3. Bayi tidak mendapatkan pengobatan yang memerlukan pengawasan di rumahsakit. 
  4. Tidak ada perubahan berarti dalam pengobatan atau pemberian oksigen tambahan menjelang pulang.



Cara pemberian minum, kecukupan kalori, kecukupan cairan dan pemberian suplemen vitamin dan mineral harus diperhatikan dan diawasi dengan baik. Nasehat dokter diperlukan dalam hal meneruskan atau menghentikan pengobatan. Kecukupan kalori nutrisi perawatan pasca NICU sedikit di bawah kecukupan di ruang NICU. Kebutuhan kaori saat pulang minimal 100 kkal/kg/hari. Bayi yang mendapat susu formula dengan osmolaritas lebih dari 60 kkal per 100 ml, mempunyai resiko untuk menderita atau mengalami dehidrasi hiperosmolar. Bila ada muntah atau diare, sebaiknya dinilai dokter.

Susu formula khusus prematur dapat diubah menjadi susu formula biasa saat bayi mencapai usia 40 minggu kehamilan atau berat badan lebih dari 2500 gram. ASI mempunyai efek perlindungan terhadap infeksi. Selain itu bayi yang mendapat ASI mempunyai skor perkembangan pada usia 18 bulan yang lebih baik dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula. Penambahan Human Milk Fortifier (HMF) dapat diberikan untuk menambah kalori yang tidak membahayakan. Bayi diberi minum setiap 2 atau 3 jam sekali; sebagai patokan kasar untuk menilai kecukupan cairan adalah dengan menghitung frekuensi buang air kecil. Dianggap normal bila lebih dari 5 kali dalam sehari.

Makanan padat baru dapat diberikan setelah bayi berusia 4 bulan usia koreksi. Susu sapi sebaiknya diberikan setelah 12 bulan usia koreksi. Pada bayi dengan berat badan lahir sangat kecil atau pasca sakit berat, pemberian ASI atau susu formula saja dapat lebih lama sampai mencapai berat yang sesuai dengan usia koreksi.

Dalam 2 tahun pertama, pertumbuhan disesuaikan dengan usia koreksi. Setelah 2 tahun, grafik pertumbuhan sama seperti yang lain. Dimasa awal, bayi premature mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (catch-up growth). Pertumbuhan cepat yang pertama kali dapat dilihat adalah pada lingkar kepala, kemudian baru berat badan dan panjang badan. Pertumbuhan cepat ini berlangsung sampai usia 3 tahun. Bayi prematur dengan berat badan lahir kurang menurut usia kehamilan atau intrauterine growth retardation dan bayi prematur dengan gangguan pertumbuhan saat catch-up growth mempunyai resiko tinggi untuk mengalami gangguan tumbuh kembang atau menderita masalah kesehatan lain dibandingkan denagn yang normal masa pertumbuhan cepatnya. Mensturasi pertama bayi prematur nantinya akan lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. 

Perkembangan bayi premature juga dinilai berdasarkan usia koreksi, sampai 2 tahun. Ada beberapa cara skrining yang digunakan seperti Denver pre-screening Developmental Questionnaire, Denver Developmental Test, dan Gesell Screening Inventory. Tes ini tidak dapat menggantikan pemeriksaan fisik dan neurologis. Bila didapatkan masalah atau gangguan dalam perkembangan sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter ahli perkembangan.

Jumlah jam tidur bayi prematur dalam sehari lebih lama dari bayi cukup bulan. Tetapi karena bayi prematur harus lebih sering minum, maka lamanya tidur dalam satu periode lebih pendek. Pelatihan suasana di NICU dan ruang perawatan yang bising ke rumah yang lebih tenang, membutuhkan adaptasi yang agak lama. Karena itu dianjurkan setibanya dirumah, dipasang musik yang agak keras dan lampu yang agak terang, yang kemudian perlahan-lahan dikecilkan dan diredupkan. Walaupun angka kejadian Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) di Indonesia tidak terlalu menonjol, sebaiknya posisi tidur diawasi. Perhatikan juga jalan nafas agar jangan sampai tersumbat. Dalam suatu penelitian berskala besar, bayi prematur cenderung menjadi kidal atau tangan kanan dan kiri sama baiknya (ambidextrous).
Strabismus atau mata juling biasa didapatkan pada bayi prematur. Dokter mata sebaiknya menilai keadaan mata, terutama bila strabismus menetap sampai usia lebih dari 9 bulan. Selain itu bila didapatkan ROP, harus diawasi lebih ketat.

Bayi prematur juga mempunyai resiko mengalami gangguan pendengaran yang lebih tinggi. Uji pendengaran dengan Brainstem Auditory Evoked Potential dapat dilakukan satelah keadaan memungkinkan. WHO membuat batasan kehilangan pendengaran bila ada kekurangan pendengaran lebih dari 25dB pada frekuensi 500, 1000, dan 2000 Hz pada telinga yang relatif lebih baik. Dengan defenisi ini sekitar 5% bayi prematur yang lahir kurang dari 32 mingggu masa kehamilan, akan mengalami kehilangan pendengaran pada usia 5 tahun. Orang tua harus memperhatikan apabila ada tanda gangguan pendengaran secara dini.

Iminusasi dilakukan berdasarkan usia kelahiran, bukan usia koreksi. Tetapi pemberian vaksin hepatitis B sebaiknya ditunda sampai berat badan mencapai minimal 2000 gram. Dosis imunisasi sama seperti bayi cukup bulan. Dianjurkan pada bayi prematur diberikan vaksin difteri yang aselular, yang sekarang sudah ada di Indonesia dengan harga yang relatif mahal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar