Rabu, 26 September 2012

Yoga Baby!


Oleh : Sinta Purwanti


Yoga adalah olah tubuh dan pernafasan yang baik untuk setiap orang, dari anak kecil hingga para lansia. Apalagi untuk wanita yang sedang mengandung. Dengan bertambahnya usia kandungan, calon ibu mengalami berbagai perubahan pada bentuk tubuhnya. Pada saat hamil, bukan saatnya untuk tidak bergerak sama sekali, justru sebaiknya lebih aktif menggerakkan badan untuk mengoptimalkan aliran darah dalam tubuh dan ke janin; serta bisa mengurangi bahkan menghindari berbagai keluhan yang umum dirasakan ibu hamil. Apalagi yoga mempunyai berbagai macam gerakan dan pernafasan yang tentu dapat dipilih sesuai dengan kondisi badan sang ibu.

Karena ada beragam gerakan yoga, maka khusus untuk kehamilan disesuaikan dengan keadaan tubuh. Tentu saja gerakan yang menekan perut, kaki diatas kepala dan perputaran pinggang tidak akan dilakukan. Pada dasarnya yoga untuk kehamilan akan memfokuskan kepada penguatan otot lengan, kaki dan punggung agar kuat menopang tubuh yang semakin berat dan nantinya akan menggendong bayi; juga akan memfokuskan kepada pelatihan pernafasan yang dalam, untuk memperlancar aliran darah dan oksigen ke seluruh tubuh bahkan ke janin. Selain itu ada pula gerakan yang memfokuskan kepada peregangan panggul.

Selamat mencoba.


Penguatan otot lengan:

Arm stretch with circular movements
  • Duduk bersila dengan punggung lurus dan bahu rileks. 
  • Rentangkan lengan ke samping, sejajarkan dengan bahu. 
  • Kepalkan jari-jari tangan dengan kuat seperti sedang menggenggam  sesuatu,lalu buat lingkaran dengan kedua lengaan.  
  • Tarik dan buang nafas yang panjang dari hidung dan jangan biarkan bahu tegang dan  punggung bungkuk

Penguatan otot kaki:

1.  Trikonasana

 
  • Berdiri tegak dengan punggung lurus, bahu rileks dan kedua jari-jari kaki menghadap lurus kedepan  
  • Renggangkan kedua kaki lebih lebar dari bahu dan rentangkan kedua lengan sejajar dengan bahu 
  • Kaki kanan diputar 90° ke arah luar dan kaki kiri 15° ke arah dalam. Pastikan kedua tumit sejajar
  • Buang nafas dan turunkan tangan kanan hingga menggapai ke bawah lutut dan rentangkan tangan kiri keatas sejajar dengan tangan kanan. 
  • Jika sudah mendapatkan keseimbangan, arahkan pandangan mata ke atas 
  • Pastikan kedua kaki, kedua lengan dan punggung dalam keadaan lurus.
  • Ganti kaki

2.    Parshvakonasana


  • Berdiri tegak dengan punggung lurus, bahu rileks dan kedua jari-jari kaki menghadap lurus kedepan.

  • Renggangkan kedua kaki lebih lebar dari bahu dan rentangkan kedua lengan sejajar dengan bahu

  • Kaki kanan diputar 90° kearah luar dan kaki kiri 15° ke arah dalam. Pastikan kedua tumit sejajar

  • Kaki kanan ditekuk 90°, pastikan lutut sejajar dengan telapak kaki lalu tumpukan siku kanan ke kaki yang ditekuk dan lengan kiri direntangkan ke atas kepala 

  • Rasakan peregangan dari ujung kaki hingga ke ujung jari tangan.

  • Ganti kaki

3.    Ardha Virasana

  • Duduk dengan punggung tegak dan kaki diluruskan.

  • Tekuk kaki kanan ke arah belakang dimana tumit sejajar dengan pantat dan jari-jari kaki mengarah ke belakang.

  • Panjangkan punggung lalu letakkan kedua tangan ke lutut kiri. Buang nafas dan coba raih tulang kering. 
  • Pastikan kaki yang diluruskan tetap aktif (flex) dengan mengencangkan otot-otot kaki dan bahu turun jauh dari telinga.

  • Jika perut terasa kurang nyaman, maka bukalah kedua lutut senyaman mungkin agar perut tidak terasa terlalu tertekan oleh paha.

  • Ganti kaki

4.   Virasana


  • Tekuk kedua lutut lalu pelan-pelan duduk diantara kedua tumit. Jika masih kaku maka bisa membuka kedua lutut lebih lebar

  • Tarik nafas yang dalam dan panjangkan punggung dan letakkan kedua telapak tangan diatas lutut. Jika sudah merasakan cukup perenggangan, terus bernafas di posisi ini

  • Jika sudah merasa nyaman, pelan-pelan turunkan kedua siku ke belakang dan lihat ke belakang.

  • Pelan-pelan rebahkan badan ke lantai, arahkan lengan ke atas kepala dan buka dada sambil terus tarik dan buang nafas yang dalam.

  • Pelan-pelan kembali bangun dengan menempelkan kedua siku ke lantai dan tegakkan badan lalu angkat pantat dari lantai dan luruskan kedua kaki


5. Goddess


  • Berdiri tegak dengan punggung lurus, bahu rileks dan kedua jari-jari kaki menghadap lurus kedepan
  • Renggangkan kedua kaki lebih lebar dari bahu dan rentangkan kedua lengan sejajar dengan bahu
  • Kedua jari kaki dibuka 45° ke arah keluar. Pastikan kedua tumit sejajar
  • Tekuk kedua kaki 90°dan tekuk lengan 90° dimana siku sejajar dengan bahu dan jari-jari mengarah ke atas
  • Tarik dan buang nafas yang panjang selama 30 detik atau lebih jika mampu
  • Pastikan otot muka dan bahu rileks

6. Vrksasana


  • Berdiri tegak dengan punggung lurus, bahu rileks dan kedua jari-jari kaki menghadap lurus kedepan
  • Fokuskan pandangan mata ke satu titik di depan dan jangan melihat ke bawah agar tidak kehilangan keseimbangan
  • Kuatkan otot kaki kiri dan pelan-pelan angkat kaki kanan. Bisa dimulai dengan menempelkan telapak kaki kanan di pergelangan kaki kiri.
  • Panjangkan punggung, rilekskan bahu dan otot muka dan angkat kedua tangan sejajar dengan dada dan tempelkan kedua telapak tangan
  • Jika sudah merasa seimbang maka pelan-pelan bisa mengangkat kaki kanan lebih tinggi lagi, sejajar dengan lutut dan akhirnya dipaha dalam.
  • Ganti kaki

Selasa, 18 September 2012

Positive Discipline

Oleh: Trifiani


Memiliki 4 keponakan yang lucu-lucu dan ganteng dari dua kakak laki-laki saya, sebagai seorang auntie seringkali saya diminta untuk menjaga mereka saat mereka masih kecil-kecil. Dua keluarga kecil berarti dua cara yang berbeda dalam hal bagaimana mereka membesarkan anak-anak mereka. Orangtua saya membesarkan saya dengan disiplin yang ketat, namun penuh dengan kasih sayang. Pengasuhan seperti cara yang orangtua saya terapkan, ditambah dengan pengalaman saya mengajar TK terbukti bermanfaat dan berdampak saat saya harus mendisiplinkan keponakan-keponakan saya; laki-laki maupun perempuan.


Minggu, 16 September 2012

Beautiful Chaos

Oleh: Zyeril R.M.


Dulu waktu saya bekerja Full-time di kantor dan mengalami masa jenuh, saya selalu membayangkan betapa enaknya menjadi ibu rumahtangga. Punya lebih banyak waktu sama anak, di rumah bisa santai, gak kena macet dan bisa suka-suka saya mau ngapain saja. Ternyata….!! Saya salah besar! Angan-angan saya buyar seketika saat saya dapat kesempatan untuk berhenti bekerja dan menjadi a full-time stay at home mom alias…ibu rumahtangga.


Menjadi full-time mom menurut saya adalah pekerjaan yang paling mulia; tapi pada saat yang bersamaan juga merupakan pekerjaan yang sangat berat dan penuh tanggungjawab. Saya angkat topi deh…(dan empat jempol ;p) untuk profesi yang satu ini.


Kalau dipikir-pikir, ibu rumahtangga bekerja lebih dari 8 jam sehari, 7 hari seminggu, gak ada upah lemburnya, dan belum tentu dapat cuti rutin. Meskipun ada yang bantu-bantu di rumah, tetap saja pekerjaan rasanya gak ada habis-habisnya. Selalu ada yang harus dirapihkan, dibersihkan, atau dicuci. Menjadi bos sekaligus jadi pegawai bagi diri sendiri.


Saat saya beralih profesi dari bekerja kantoran ke bekerja di rumah, saya sempat mengalami ‘culture shock’. Saya pikir..waduh…kok kayaknya pekerjaan saya gak selesai-selesai ya… Habis urusan rumah, urusan anak sudah menunggu; mulai dari bangun pagi, siang sepulang sekolah, les, sampai malam hari saat akan tidur. Belum lagi saat suami pulang dari kerja.


Rutinitas kegiatan sehari-hari juga tidak ada tandingannya. Dibutuhkan mental baja dan pikiran positif untuk menyambut hari dan memulai kegiatan yang itu-itu juga, yang nyaris gak ada bedanya dari hari kehari; sungguh tidak bisa dianggap enteng. Undangan dari teman untuk bertemu atau sekedar kumpul-kumpul merupakan kegiatan refreshing yang selalu ditunggu dan jadi penyemangat. Gak harus lama, cukup satu atau dua jam but it can really boost our spirit..hehehe.


Namun harus saya akui, imbalan yang didapat dari kerja keras mengurus rumah dan keluarga tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Kepuasan yang dirasakan benar-benar bisa membuat saya merasa senang, tenang dan puas. Segala kelelahan dan kejenuhan yang terkadang muncul…lupa sudah ;)
Teman atau anggota keluarga yang lain kadangkala bilang ke saya kalau mengurus rumah jangan terlalu dipaksakan; gak selesai hari ini, sambung lagi besok. Atau kalau piring gak kecuci malam ini, besok pagi saja dilanjutkan. Saran mereka sih..pernah beberapakali saya coba jalankan, tapi berhubung saya orangnya agak sedikit perfeksionis, yang ada saya malah jadi kepikiran dan gak tenang sampai mau tidur aja ragu-ragu karena tahu ada yang belum beres. Alhasil besok-besok I make sure everything is tidy and in order before I call it a night and go to bed. Betapapun chaotic-nya pekerjaan rumah saya, it still is a beautiful chaos.

Saya semakin sadar betapa berharganya waktu untuk diri sendiri. Dibanding dulu saya juga jadi semakin menghargai para ibu rumahtangga lainnya yang selalu bangun paling pagi dan tidur paling akhir; memastikan seisi rumah sudah rapi dan beres. Setelah untuk beberapa lama menjalani ‘profesi’ yang satu ini, I would say that I’m so proud to be a full-time mom. 

Dan untuk para suami di luar sana (yang punya istri berprofesi sebagai ibu rumahtangga), you should be too!