Selasa, 18 September 2012

Positive Discipline

Oleh: Trifiani


Memiliki 4 keponakan yang lucu-lucu dan ganteng dari dua kakak laki-laki saya, sebagai seorang auntie seringkali saya diminta untuk menjaga mereka saat mereka masih kecil-kecil. Dua keluarga kecil berarti dua cara yang berbeda dalam hal bagaimana mereka membesarkan anak-anak mereka. Orangtua saya membesarkan saya dengan disiplin yang ketat, namun penuh dengan kasih sayang. Pengasuhan seperti cara yang orangtua saya terapkan, ditambah dengan pengalaman saya mengajar TK terbukti bermanfaat dan berdampak saat saya harus mendisiplinkan keponakan-keponakan saya; laki-laki maupun perempuan.



Saat saya mengatakan disiplin, beberapa orang mungkin akan berpikir tentang hukuman yang berat. Saya tidak pernah memberikan hukuman fisik kepada keponakan-keponakan saya. Bagi saya, disiplin dimulai dari hal-hal yang kecil seperti meletakkan sepatu pada tempatnya, menaruh tas sekolah mereka di tempat yang seharusnya, dan juga membereskan mainan yang sudah mereka mainkan; bukan membiarkan semua mainan betebaran di lantai dan pada akhirnya mama yang membereskan semuanya.


Dalam menerapkan disiplin pada keponakan-keponakan saya, kuncinya adalah bagaimana agar saya tidak menyinggung kakak ipar sebagai mama mereka atau membuat keponakan-keponakan jadi takut sama saya. Saat saya harus menyuapi mereka, seringkali mereka lari secepat kilat kalau makanan sudah masuk ke mulut. Saya tidak pernah mengejar atau mendatangi mereka. Saya mengharuskan mereka yang datang ke saya saat mulut sudah kosong lagi. Sebenarnya cara seperti  ini sulit bagi saya; kalau boleh pilih, saya inginnya mereka duduk dan makan dengan benar, tidak sambil bermain. Tetapi, karena keponakan-keponakan saya sudah terbiasa dengan cara disiplin yang santai seperti ini, saya harus sedikit berkompromi meskipun hal ini tidaklah  mudah. Namun, cara tersebut diatas adalah salah satu cara saya pelan-pelan memperkenalkan disiplin kepada keponakan-keponakan saya.


Perihal kedisiplinan lainnya adalah masalah berberes setelah bermain; ini merupakan tantangan yang cukup besar, terutama bila mereka memiliki begitu banyak mainan. Biasanya saat mereka sudah mulai bosan dengan satu mainan tertentu, keponakan saya akan langsung meninggalkan mainan tersebut dan mengambil mainan baru dari tempatnya. Kalau anda tahu atau pernah memainkan LEGO, bayangkan, berapa bagian-bagian kecil yang dapat mereka ambil dan berserakan.


Sebelum keponakan saya mengambil mainan baru; dan mengetahui bahwa dia akan menolak untuk membereskannya, saya ikut berpartisipasi dan mengatakan “ayo lomba siapa yang paling cepat bisa membereskan mainan.”….dengan begini secara tidak langsung saya membuat mereka merapihkan mainan-mainannya. Saya berusaha untuk membuat lomba bersih-bersih ini seasik mungkin; misalnya dengan cara menghitung atau mengumpulkan mainan berdasarkan warna atau bermain stop and go saat membereskan mainan. Setelah semua mainan terkumpul kami lari secepat mungkin ke toy box sampai tidak ada lagi mainan tersisa di lantai.

Keponakan saya senang sekali kalau dapat mengalahkan saya, sampai dia sendiri tidak sadar kalau semua mainan sudah bersih dan rapih di kotak mainannya; tanpa disadarinya, ia melakukan hal yang biasanya justru ia hindari. Rumah bersih, keponakan saya senang…I call it a double bonus ;D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar